Dari namanya juga sudah kita ketahui sebagai unsur periode ketiga, berarti unsur-unsur ini di antaranya adalah : Natrium(Na),magnesium(Mg), aluminium(Al), silikon(Si), fosfor(P), sulfur(S), klorin(Cl) dan
argon(Ar). Unsur tersebut terletak dalam golongan yang berlainan, berikut tabel
mengenai letak unsur periode 3:
Na
|
Mg
|
Al
|
Si
|
P
|
S
|
Cl
|
Ar
|
IA,IIA,IIIA (Logam)
|
IVA (Metaloid)
|
VA,VIA,VIIA (Non-metal)
|
VIIIA (gas mulia)
|
Sifat dan Ciri Unsur Periode ketiga
Unsur-unsur yang ada di dalam periode ketiga terdiri dari unsur logam
(Na, Mg, Al), metaloid (Si), nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Dari
tabel dapat dilihat bahwa keelektronegatifan unsur-unsur periode ketiga semakin
ke kanan semakin besar diakibatkan oleh jari-jari atomnya yang semakin ke kanan
semakin mengecil. Kekuatan ikatan antar atom dalam logam meningkat (dari Na ke
Al). Hal ini berkaitan dengan pertambahan electron valensinya. Dalam
periode ketiga, letak logam disebelah kiri, makin ke kiri sifat logam semakin
reaktif, Na >Mg> Al. Jadi Na paling reaktif.
Silikon
merupakan semi-konduktor/isolator karena termasuk metaloid. Unsur ini mempunyai
ikatan kovalen yang sangat besar, begitu juga dengan fosfor, belerang, dan klorin
yang merupakan isolator karena termasuk non-logam.
Unsur Na, Mg, Al, Si, P, S berwujud padat pada suhu kamar karena unsur-unsur tersebut memiliki harga titik leleh dan titik didih di atas suhu ruangan (di atas 250C). Sedangkan unsur Cl dan Ar berwujud gas karena memiliki titik leleh dan titik didih di bawah suhu ruangan. Wujud itu mempengaruhi kerapatannya masing-masing. Selain itu Mr juga mempengaruhi kerapatan. Seperti yang kita tahu bahwa kerapatan benda Padat lebih besar dibanding Gas. Meskipun P dan S memiliki wujud padat, tetapi tetap saja kerapatannya lebih renggang dibanding Na sampai Si, karena strukturnya sederhana. Oleh karena itu, kerapatan Na sampai Si akan meningkat kemudian turun lagi mulai dari P sampai Ar.
Jari-jari atom berkurang dari Na sampai Cl. Jumlahnya nomor kulit unsur di periode yang sama adalah sama. Maka dari itu, jumlah nomor kulit di periode yang sama tidak berpengaruh pada jari-jari. Tetapi, karena semakin kanan nomor atom akan semakin bertambah, maka muatan inti akan semakin bertambah yang berakibat penarikan elektron valensi semakin kuat. Hal itu membuat jari-jari semakin kecil. Jadi Nomor atom berbanding terbalik dengan jari-jari. Kecuali Argon, karena argon tidak membentuk ikatan, maka kita hanya dapat menghitung jari-jari van der waals.
Dari tabel diatas
kita dapat menyimpulkan bahwa, Harga E°red dari kiri (Na) ke kanan
(Cl) terus meningkat. Berarti dari kiri ke kanan, kemungkinan direduksi akan
bertambah yang artinya unsur yang berada di kiri lebih sulit direduksi
(oksidator lemah) dan yang kanan lebih mudah direduksi (oksidator kuat).
Dapat
dilihat bahwa natrium merupakan reduktor terkuat, sedangkan klorin merupakan
oksidator terkuat. Meskipun natrium, magnesium, dan aluminium merupakan
reduktor kuat, tapi kereaktifannya berkurang dari Na ke Al. Sedangkan silikon
merupakan reduktor yang sangat lemah, jadi hanya dapat bereaksi dengan
oksidator-oksidator kuat, misalnya klorin dan oksigen.
Di
lain pihak selain sebagai reduktor, fosfor juga merupakan oksidator lemah yang
dapat mengoksidasi reduktor kuat, seperti logam aktif. Sedangkan belerang yang
mempunyai daya reduksi lebih lemah daripada fosfor ternyata mempunyai daya
pengoksidasi lebih kuat daripada fosfor. Sementara klorin dapat mengoksidasi
hampir semua logam dan nonlogam karena klorin adalah oksidator kuat.
Dari kiri kekanan
umumnya energi ionisasi cenderung meningkat hal ini disebabkan karena jumlah
kulit yang terisi pada unsur-unsur periode tiga tetap sedangkan jumlah elektron
valensi yang mengisi kulit terluar semakin banyak sehingga gaya tarik inti
semakin kuat dan sehingga kereaktifannya juga menurun. Pada unsur Al (elektron 3p1 terikat
tapi lemah) dan S (elektron 3p4 cenderung melepas 1
elektron agar menjadi setengah penuh) terjadi penyimpangan energi ionisasi yang
disebabkan karena konfigurasi electron Al dan S kurang stabil. Jadi, Mg akan lebih besar ionisasinya disbanding Al. P akan
Lebih besar ionisasinya dibanding S, karena stabil.
Jadilah berikut grafiknya :
Energi Ionisasi juga
berpengaruh pada sifat asam dan basa. Jika energi ionisasinya tinggi maka
semakin sukar melepas electron. Penyebabnya elektron dari unsur tersebut akan
kurang tertarik kearah atau oksigen sehingga kecenderungan untuk membentuk ion
OH- menjadi berkurang. Jadi, yang berenergi ionisasi tinggi
akan cenderung berkurang sifat basanya.
Pada dasarnya sifat basa berkurang dari kiri ke kanan.